Tanaman air Alga atau ganggang punya kemiripan dengan mata manusia, yakni sama-sama peka terhadap rangsang cahaya. Kemiripan itu menjadi inspirasi bagi para ilmuwan yang memanfaatkan tanaman air tersebut untuk mengatasi kerusakan retina pada orang buta.
Sebuah penelitian yang dilakukan di University of Southern California mengungkap, Alga memiliki gen tertentu yang membuatnya sangat peka terhadap cahaya. Kepekaan ini dibutuhkan dalam fotosintesis, yakni proses mengolah makanan dengan bantuan sinar matahari.
Gen tersebut diyakini punya mekanisme kerja yang mirip dengan gen yang terdapat dalam retina, bagian pada mata yang berfungsi menangkap cahaya. Cahaya yang ditangkap oleh retina akan diubah menjadi sinyal elektrik yang diteruskan oleh saraf menuju otak.
Pada orang buta, kemampuan retina untuk menangkap cahaya banyak berkurang atau malah tidak berfungsi sama sekali. Kemiripan antara gen penangkap cahaya pada Alga dengan gen pada retina dimanfaatkan oleh para ilmuwan untuk mengatasi kebutaan.
Dalam uji coba, penyuntikan gen Alga mampu membuat mata tikus menjadi lebih peka terhadap cahaya. Efek yang muncul bersifat permanen, artinya hanya perlu dilakukan sekali seumur hidup maka efeknya akan bertahan selamanya.
Jika dikembangkan lebih lanjut, maka penerapannya pada manusia diperkirakan bisa mengatasi masalah kerusakan retina yang bisa memicu kebutaan. Diperkirakan, sekitar 1 juta kasus kebutaan di seluruh Inggris dipicu oleh kerusakan pada retina.
"Ide yang melatarbelakangi penelitian ini memang untuk menyembuhkan kebutaan," ungkap sang peneliti, Alan Horsager seperti dikutip dari Telegraph, Minggu (17/4/2011).
Namun untuk bisa diterapkan pada manusia, terobosan ini diperkirakan masih butuh proses yang panjang. Peningkatan sensitivitas pada mata tikus tidak menggambarkan kondisinya pada manusia, apakah orang buta nantinya hanya bisa membedakan terang dan gelap saja atau benar-benar bisa melihat.
Sebuah penelitian yang dilakukan di University of Southern California mengungkap, Alga memiliki gen tertentu yang membuatnya sangat peka terhadap cahaya. Kepekaan ini dibutuhkan dalam fotosintesis, yakni proses mengolah makanan dengan bantuan sinar matahari.
Gen tersebut diyakini punya mekanisme kerja yang mirip dengan gen yang terdapat dalam retina, bagian pada mata yang berfungsi menangkap cahaya. Cahaya yang ditangkap oleh retina akan diubah menjadi sinyal elektrik yang diteruskan oleh saraf menuju otak.
Pada orang buta, kemampuan retina untuk menangkap cahaya banyak berkurang atau malah tidak berfungsi sama sekali. Kemiripan antara gen penangkap cahaya pada Alga dengan gen pada retina dimanfaatkan oleh para ilmuwan untuk mengatasi kebutaan.
Dalam uji coba, penyuntikan gen Alga mampu membuat mata tikus menjadi lebih peka terhadap cahaya. Efek yang muncul bersifat permanen, artinya hanya perlu dilakukan sekali seumur hidup maka efeknya akan bertahan selamanya.
Jika dikembangkan lebih lanjut, maka penerapannya pada manusia diperkirakan bisa mengatasi masalah kerusakan retina yang bisa memicu kebutaan. Diperkirakan, sekitar 1 juta kasus kebutaan di seluruh Inggris dipicu oleh kerusakan pada retina.
"Ide yang melatarbelakangi penelitian ini memang untuk menyembuhkan kebutaan," ungkap sang peneliti, Alan Horsager seperti dikutip dari Telegraph, Minggu (17/4/2011).
Namun untuk bisa diterapkan pada manusia, terobosan ini diperkirakan masih butuh proses yang panjang. Peningkatan sensitivitas pada mata tikus tidak menggambarkan kondisinya pada manusia, apakah orang buta nantinya hanya bisa membedakan terang dan gelap saja atau benar-benar bisa melihat.